Oleh: Itayatun,S.Pd.I,M.Pd
Idealnya kegiatan pembelajaran dilakukan dengan tatap muka antara siswa dan guru di sekolah, sehingga komunikasi maksimal. Namun pada masa pandemi Covid 19 sekarang ini, guru dan siswa harus dapat beradaptasi dengan model pembelajaran yang berbeda dari pengalaman belajar sebelumnya. Model pembelajaran yang dimaksud adalah Pembelajaran Jarak Jauh, yang dilaksanakan dengan media luring maupun daring.
Menurut Sofyana & Abdul (2019:82) dalam bukunya berjudul Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatsapp Pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun, disebutkan bahwa: Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan tidak dengan tatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan meskipun jarak jauh. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas.
Sedangkan pembelajaran luring menurut Sunendar, dkk. (2020), dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa istilah luring adalah akronim dari ’luar jaringan’, terputus dari jaringan komputer. Misalnya belajar melalui buku pegangan siswa atau pertemuan langsung. Adapun jenis kegiatan luring yakni menonton TVRI sebagai pembelajaran, siswa mengumpulkan karyanya berupa dokumen, karena kegiatan luring tidak menggunakan jaringan internet dan komputer, melainkan media lainnya. Sistem pembelajaran luring merupakan sistem pembelajaran yang memerlukan tatap muka.
Model pembelajaran luring maupun daring tentu dapat menghambat proses pembelajaran misal: pada luring siswa belum tentu dapat memahami sendiri materi berupa teks yang dibagikan guru yang dikerjakan di rumah. Interaksi yang tidak berjalan baik antara guru dan peserta didik. Kendala pada daring bisa saja terjadi seperti tidak ada sinyal, kuota habis, bahkan ada beberapa peserta didik yang tidak mempunyai smartphone. Menghadapi kondisi seperti ini sekolah dan keluarga dalam hal ini orang tua harus saling bersinergi menghadapi pembelajaran jarak jauh di rumah.
Keterbatasan interaksi antara siswa dan guru di sekolah membawa dampak yang kurang baik bagi siswa. Untuk memahami materi pelajaran siswa tidak cukup hanya dengan membaca materi semata, siswa membutuhkan penjelasan yang memadai dan mungkin juga membutuhkan kegiatan demonstrasi untuk materi pelajaran tertentu dari gurunya. Guna mengatasi hal tersebut orangtua harus tanggap dan dapat membantu anaknya menemukan solusi pada kesulitan belajarnya.
Setidaknya dalam pembelajaran jarak jauh keluarga atau orangtua mempunyai peran diantaranya: Pertama, orangtua menjadi guru bagi anaknya di rumah, orang tua berperan dalam mengontrol waktu dan cara belajar anak. Orang tua wajib mengingatkan anak untuk belajar secara rutin di rumah. Kedua, orang tua sebagai penyedia sarana dan prasarana yang diperlukan anak dalam proses pembelajaran jarak jauh bagi anaknya. Ketiga, orang tua sebagai motivator, ini sangat dibutuhkan saat anak mengalami kesulitan dalam belajar maka orang tualah yang menjadi penyemangat belajarnya. Keempat, orangtua sebagai pembimbing bagi anaknya saat belajar di rumah. Orang tua yang mengarahkan anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki oleh masing-masing anak. Pada PJJ peranan keluarga lebih dominan dalam mendampingi belajar anak. Jika dalam pembelajaran jarak jauh, orang tua tidak dapat mengambil peranan seperti yang disebutkan sebelumnya, maka kemungkinan besar, hasil pembelajaran jarak jauh tidak akanmenghasilkan sesuai harapan.
Penulis adalah Guru Sekolah Dasar Negeri 02 Lodaya