PEMBELAJARAN BUDAYA LOKAL DALAM TEKS ARATIF SEBAGAI SARANA PENANAMAN KARAKTER Oleh: Siti Prihatin

http://www.indonesiapublisher.com

Siti Prihatin Guru SMP Negeri 3 Pemalang

Banyak definisi atau pengertian tentang budaya, yang salah satunya dikemukakan oleh Koentjaraningrat (2002) mengatakan budaya merupakan sebuah sistem gagasan dan rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia di dalam kehidupannya dalam bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hasil dari olah rasa dan karsa  karsa masyarakat, untuk memenuhi kesejahteraan hidup masyarakat tersebut.

     Keberadaan budaya lokal harus dipertahankan, seiring berkembangnya teknologi, di mana budaya manca mudah masuk tanpa filter ke dalan negara kita, lambat laun akan mempengaruhi pola pikir generasi kita, terhadab budaya daerah atau budaya local. Kemudian membentuk pribadi yang kadang melahirkan tindakan menyimpang dari norma  masyarakat.

      Kita sering menyaksikan di media massa baik  elektronik  maupun cetak, banyak peristiwa yang menunjukkan penurunan karakter luhur anak-anak kita,  hal ini sungguh memprihatinkan, terjadi degradasi moral, sehingga kurikulum kita, seperti belum mapan sering berganti, dalam rangka mencari formula yang terbaik, agar bisa melahirkan generasi beraklaq mulia atau memiliki karakter luhur.

       Kurikulum 2013 atau Kurikulum K13 berharap, akan menghasilakan output berkarakter. Sebagaimana diamanatkan dalam  UUD 1945 tentang pendidikan yang dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Oleh karena itu, sudah saatnya para guru Indonesia mengambil peran yang lebih nyata lagi, tidak hanya menyapaikan materi sesuai KI dan KD saja, tetapi bisa secara real menyisipkan Pendidikan Karakter dalam setiap materi yang disampaikan. Salah satu cara yang bisa kita lakukan dalam penanaman karakter yaitu memasukan budaya lokal  ke dalam materi yang kita sampaikan, dengan demikian kita tidak hanya mengajarkan atau menanamkan karakter saja, tetapi kita  sekaligus  mengenalkan kekayaan kebudayaan daerah kita, yang mungkin saja tidak diketahui anak didik kita. Jadi kita juga ikut berperan secara nyata dalam usaha pemertahanan dan pelestarian budaya lokal.

       Berdasarkan pemikiran tersebut, penulis yang kebetulan mengajar Bahasa Jawa,  mencoba mengkaitkan budaya lokal dalam pembelajaran materi teks naratif pada siswa kelas 7. Materi teks naratif terdapat dalam Silabus pada semester 1, dengan tema peristiwa budaya. Dengan salah satu indicator yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut yaitu siswa menemukan nilai-nilai sosial dan religi. Untuk itu penulis mengambil salah satu budaya local yaitu Baritan, pertimbangannya Baritan merupakan salah satu tradisi tahunan, yang dekat dengan tempat tinggal siswa..

      Tidak bisa kita pungkiri dalam proses pembelajaran kadang-kadang ditemukan siswa yang pasif, asik dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu diperlukan pembelajaran yang menarik agar seluruh siswa dapat aktif. Pembelajaran teks naratif tentang peristiwa budaya ini, penulis menayangkan budaya lokal Baritan sebagai materi yang harus diulas dan didiskusikan oleh siswa, dibentuk kelompok kecil, terdiri atas dua atau tiga siswa, untuk mendiskusikan hal-hal yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Sebab jika kelompok terlalu besar atau banyak anggota diskusi tidak berjalan efektif, karena masih saja ada peluang anggota kelompok tidak mendapat tugas, hal ini bisa menyebabkan anggota kelompok merasa tidak memilik beban atau tugas, dia akan berperilaku menyimpang dari kegiatan kelompok, seperti menggambar, dan lain sebagainya yang bukan dari tugas kelompok.

       Dari video Baritan yang ditayangkan, terlihat antusias belajar siswa aktif bertanya hal-hal yang tidak dipahami ditengah tayangan video Baritan. Dari tayangan video pula, penulis menjelaskan atau memperlihat contoh nilai sosial dan nilai religius (religi) yang berkembang di msayarakat, serta diterapkan dalam kehidupan. Dan salah satu wujud aplikasi nilai sosial yang ada dalam budaya lokal Baritan, yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran adalah kerja sama, saling menghargai ketika berada dalam diskusi kelompok.

       Pembelajaran budaya lokal  dalam tekn naratif tentang peristiwa budaya, dalam hal ini tradisi  Baritan, guru secara langsung dapat menunjukkan mana dan apa saja nilai-nilai luhur yang diperlukan untuk hidup bermasyarakat berdampingan dengan yang lain, yang mungkin mempunyai perbedaan agama dan suku atau ras, sehingga tercapai kedamaian hidup. Kita harus mengembangkan kearifan local secara nyata dalam pembelajaran.